Senin, 20 Maret 2017


PENILAIAN KERJA LABORATORIUM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA

A. Pembelajaran Kimia
Pembelajaran kimia tidak terlepas dari dua komponen pembelajaran yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar. Belajar dalam paham
konstruktivistik adalah membangun pengetahuan dan keterampilan melalui fakta – fakta atau proposisi-proposisi yang dialami dalam kehidupan (Masnur Muslich,
2007:41). Ilmu kimia sebagai rumpun dari IPA merupakan ilmu yang diperoleh dan
dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa, dan
bagaimana gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi struktur dan
sifat, transformasi, dinamika, dan energetika zat (Depdiknas, 2003:1). Menurut Tresna Sastrawijaya (1988:13), pembelajaran kimia bertujuan memperoleh pemahaman tentang fakta dan konsep kimia, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah, mempunyai ketrampilan dan penggunaan laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah yang dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran Kimia dapat dicapai oleh siswa melalui penerapan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif , inkuiri ilmiah serta kontekstual. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2003 : 459).

B. Performance Assessment  (Penilaian Kinerja)
Penilaian kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa. Penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan. Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara “mengetahui bagaimana melakukan sesuatu”‘ dengan mampu secara nyata melakukan hal tersebut”. Seorang siswa yang mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum tentu dapat mengoperasikan mikroskop tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada hakekatnya adalah membekali siswa dengan kemampuan nyata (the real world situation). Dengan demikian penilaian kinerja sangat penting artinya untuk memantau ketercapaian tujuan tersebut.
Penilaian kinerja dapat menliai proses dan produk pembelajaran. Pada pembelajaran kimia, penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila dibandingkan dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih baik karena dapat memantau kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan tugas siswa memerlukan waktu lama sehingga siswa harus mengerjakannya di luar jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian terhadap proses dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai kemampuan siswa membuat koloid maka guru kimia dapat melihat hasil produk koloid siswa. Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam melakukan tahapan pembuatan koloid dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar mendapatkan penghargaan dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran kimia bila dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian hasil belajar.
Penilaian kinerja memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan penilaian tradisional. Kekuatan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 1) siswa dapat mendemonstrasikan suatu proses, 2) proses yang didemontrasikan dapat diobservasi; 3) menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa macam penalaran, kemampuan lisan, dan keteramplian – keterampilan fisik; 4) adanya kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas‑tugas yang akan dikerjakan; 5) menilai hasil pembelajaran dan keterampilan‑keterampilan yang kompleks; 7.) memberi motivasi yang besar bagi siswa; serta 8) mendorong aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata. Selain memiliki kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga beberapa keterbatasan yaitu; 1), sangat, menuntut waktu dan usaha; 2) pertimbangan (jadgement) dan penskoran sifatnya lebih subyektif; 3) lebih membebani guru; dan 4) mempunyai reliabilitas yang cenderung rendah. Meskipun penilaian kinerja memiliki keterbatasan, penilaian kinerja tetap perlu dilaksanakan pada pembelajaran kimia untuk mengatasi kelemahan dari tes dalam menilai siswa.
Perangkat penilaian kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam pembelajaran. Guru kimia dapat menguji dan mengembangkain task (tugas) dan rubrik penilaian kinerja agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai dengan kemampuan siswa. Ujicoba dapat dilakukan sambil guru mengajar di kelas. Hasil uji coba tersebut dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan perangkat penilaian kinerja agar menjadi lebih feasible (dapat dikerjakan), lengkap dan aman dilakukan.
Beberapa pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja dapat dikemukakan sebagai berikut: 1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar dan tujuan utama kurikulum); 2) otentik (problem dan proses mendekati atau sesuai dunia nyata); 3) Integratif (menuntut integrasi pengetahuan, konsep, sikap dan kebiasaan berpikir). 4.) pengukuran bersifat open ended (merangsang munculnya pertanyaan‑pertanyaan sepanjang pengerjaan tugas); 5) problem menarik bagi siswa dan memerlukan ketekunan; 6) mendorong siswa menjadi pemikir yang divergen dan bijaksana; 7).feasible (aktivitas aman bagi siswa dan dapat dikerjakan); 8) penilaian mengikuti keragaman gaya belajar siswa; 9) penggunaan kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir individual; 10) akuntabilitas individual (meskipun digunakan kelompok kerja, kinerja individual harus mudah diobservasi); 11) terdapat sejumlah definisi (bila diperlukan) dan petunjuk yang jelas, 12) pengalaman siswa menjadi umpan balik untuk siklus perbaikan; 13) siswa memiliki beberapa format pilihan cara untuk mempresentasikan produk akhir, 14) kriteria kualitas jelas bagi siswa sejak awal kegiatan; 15) panduan penskoran harus mudah digunakan.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain:                 1) observasi; 2) interview, 3) portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek (practical examinatian); 6) paper; 7) penilaian proyek; 8), kuesioner, 9) daftar cek (checklist), 10) penilaian oleh teman (peer rating); I I) penilaian diskusi; dan 12) penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian kinerja (performance
assessment), diantaranya: (1) Langkah-langkah kinerja yang diharapkan dilakukan
siswa untuk menunjukan kinerja dari suatu kompetensi. (2) Kelengkapan dan
ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. (3) Kemampuankemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. (4) Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua yang ingin dinilai dapat dinilai (5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan urutan yang akan diamati (Mimin Haryati, 2007: 45-46).
Penilaian kinerja (performance assessment) dapat dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari suatu kompetensi dasar. Guru dapat mengembangkan instrumen penilaian sesuai kebutuhan. Format  penilaian dapat disusun secara sederhana ataupun secara lengkap.
Dalam pembelajaran kimia, aspek psikomotor banyak dilakukan dalam bentuk kerja ilmiah di laboratorium. Atas dasar hal ini penilaian aspek psikomotor banyak dilakukan untuk kerja laboratorium. Pedoman observasi banyak dipakai untuk melakukan penilaian kegiatan eksperimen di laboratorium kimia. Contoh suatu
pedoman observasi pelaksanaan eksperimen kimia (kompetensi psikomotor)
ditunjukkan pada tabel 1 (Sukardjo dan Rr. Lis Permana Sari, 2009:45).

Tabel 1. Contoh Pedoman Observasi dalam Eksperimen Kimia
Judul Eksperimen : ………………………
Nama Peserta Didik : ………………….
No
Aspek-aspek yang diamati
Skala nilai
Skor
5
4
3
2
1
1
Cara menyiapkan alat

V



4
2
Cara memasang alat

V



4
3
Cara menyiapkan bahan
V




5
4
Ketepatan memilih indikator
V




5
5
Cara melakukan titrasi

V



4
6
Ketepatan membaca titik awal titrasi

V



4
7
Ketepatan membaca titik akhir titrasi

V



4
8
Kebenaran perhitungan
V




5

Skor Total
35


Penilaian kinerja (performance assessment) dapat juga dilakukan menggunakan check list (daftar cek). Ada bermacam-macam aspek yang dicantumkan dalam daftar cek, kemudian guru tinggal memberi tanda cek (v) pada tiap-tiap aspek tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya. Kelemahannya adalah guru atau penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, ya-tidak. Siswa mendapatkan skor apabila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh pendidik/penilai. Akan tetapi jika tidak dapat diamati maka siswa tidak mendapat skor. Contoh daftar cek tentang kinerja peserta didik dalam presentasi kelas secara individual (kompetensi kognitif) dapat dilihat pada tabel 2 (Sukardjo dan Rr. Lis Permana Sari, 2009:46).
Berilah tanda (v) jika:
1) permasalahan yang dibahas terumuskan dengan jelas
2) ada relevansi uraian dengan permasalahan yang dibahas.
3) uraian luas dan mendalam
4) uraian jelas dan tidak salah konsep
5) uraian disampaikan dengan lancar
6) sanggahan/argumentasi logis dan kuat
7) bahasa baik dan benar

Tabel 2. Contoh Daftar Cek Presentasi Kelas
No
Nama Peserta Didik
Aspek yang Dinilai
1
2
3
4
5
6
7
Σ
1
Abu      
V

V
V
V
V
V
6
2
Amin       
V
V
V
V
V
V
V
7
3
Achmad      

V
V
V
V
V
V
6
4
Basuki     
V

V
V
V
V

5
5
Candra      
V
V
V
V
V
V
V
7
6
Dst…









Skor Total
4
3
5
5
5
5
4
31

Dalam daftar cek hanya dapat dicatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu, sedangkan dalam skala lajuan (rating scale) gejala-gejala yang akan diobservasi disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Skala lajuan tidak hanya menilai secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh dapat dinilai bagaimana intensitas gejalanya. Contoh skala lajuan tentang partisipasi peserta didik dalam mata pelajaran kimia (kompetensi afektif) ditunjukkan pada tabel 3 (Sukardjo dan Rr. Lis Permana Sari, 2009:47).

Tabel 3. Contoh Skala Lajuan Partisipasi Peserta Didik dalam Mata Pelajaran Kimia
Nama Peserta didik :
No

Pernyataan/Indikator

Sangat
tinggi
Tinggi

Sedang

Rendah

Sangat
rendah
Σ

1
Kehadiran di kelas

V



4
2
Aktivitas di kelas

V



4
3
Ketepatan waktu
V




5
4
Mengumpulkan tugas
V




5
5
Kerapihan buku bacaan

V



5
6
Partisipasi dalam praktikum

V



4
7
Kerapihan laporan praktikum

V



4
8
Partisipasi kegiatan kelompok
V




5

Skor total
15
20



35


DAFTAR PUSTAKA
Sari, Rr. Lis Permana. Pengembangan Instrumen Performance Assessment Sebagai Bentuk Penilaian Berkarakter Kimia. Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY

1 komentar:

  1. Berdasarkan apa yang telah kakak tulis dalam blog ini, yang ingin saya tanyakan. Adakah penilaian yg dapat dipandang efektif dn menghasilkan sesuatu sesuai dg tujuan yg telah dirumuskan dalam pembelajaran laboratorium

    BalasHapus