PENILAIAN
KERJA LABORATORIUM DALAM PEMBELAJARAN KIMIA
A.
Pembelajaran Kimia
Pembelajaran kimia tidak terlepas dari dua komponen
pembelajaran yang saling berkaitan yaitu proses belajar dan proses mengajar.
Belajar dalam paham
konstruktivistik adalah membangun pengetahuan dan keterampilan melalui
fakta – fakta atau proposisi-proposisi yang dialami dalam kehidupan (Masnur
Muslich,
2007:41). Ilmu kimia sebagai rumpun dari IPA merupakan ilmu yang diperoleh
dan
dikembangkan berdasarkan eksperimen yang mencari jawaban apa, mengapa, dan
bagaimana gejala alam khususnya yang berkaitan dengan komposisi struktur
dan
sifat, transformasi, dinamika, dan energetika zat (Depdiknas, 2003:1).
Menurut Tresna Sastrawijaya (1988:13), pembelajaran kimia bertujuan memperoleh pemahaman
tentang fakta dan konsep kimia, kemampuan mengenal dan memecahkan masalah,
mempunyai ketrampilan dan penggunaan laboratorium, serta mempunyai sikap ilmiah
yang dapat dikembangkan dalam kehidupan sehari-hari.
Tujuan pembelajaran Kimia dapat dicapai oleh siswa
melalui penerapan berbagai pendekatan, antara lain pendekatan induktif ,
inkuiri ilmiah serta kontekstual. Proses inkuiri ilmiah bertujuan menumbuhkan
kemampuan berpikir, bekerja dan bersikap ilmiah serta berkomunikasi sebagai
salah satu aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran kimia
menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan
dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah (Depdiknas, 2003 : 459).
B. Performance
Assessment (Penilaian Kinerja)
Penilaian kinerja dapat menilai pengetahuan, sikap, dan keterampilan siswa.
Penilaian kinerja memungkinkan siswa menunjukkan apa yang dapat mereka lakukan.
Hal tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa terdapat perbedaan antara
“mengetahui bagaimana melakukan sesuatu”‘ dengan mampu secara nyata melakukan
hal tersebut”. Seorang siswa yang mengetahui cara menggunakan mikroskop, belum
tentu dapat mengoperasikan mikroskop tersebut dengan baik. Tujuan sekolah pada
hakekatnya adalah membekali siswa dengan kemampuan nyata (the real world situation). Dengan demikian
penilaian kinerja sangat penting artinya untuk memantau ketercapaian tujuan
tersebut.
Penilaian kinerja dapat menliai proses dan produk pembelajaran. Pada
pembelajaran kimia, penilaian kinerja lebih menekankan proses apabila
dibandingkan dengan hasil. Penilaian proses secara langsung tentu lebih baik
karena dapat memantau kemampuan siswa secara otentik. Namun seringkali
penilaian proses secara langsung tersebut tidak dimungkinkan karena pengerjaan
tugas siswa memerlukan waktu lama sehingga siswa harus mengerjakannya di luar
jam pelajaran sekolah. Untuk mengatasi hal tersebut, penilaian terhadap proses
dan usaha siswa dapat dilakukan terhadap produk. Misalnya untuk menilai
kemampuan siswa membuat koloid maka guru kimia dapat melihat hasil produk
koloid siswa. Melalui produk tersebut dapat dilihat kemampuan siswa dalam
melakukan tahapan pembuatan koloid dan usahanya. Usaha dan kemajuan belajar
mendapatkan penghargaan dalam penilaian kinerja. Hal tersebut menyebabkan
penilaian kinerja memiliki keunggulan untuk pembelajaran kimia bila
dibandingkan dengan tes tradisional yang berorientasi pada pencapaian hasil
belajar.
Penilaian kinerja memiliki kekuatan apabila dibandingkan dengan penilaian
tradisional. Kekuatan tersebut dapat dirangkum sebagai berikut: 1) siswa dapat
mendemonstrasikan suatu proses, 2) proses yang didemontrasikan dapat
diobservasi; 3) menyediakan evaluasi lebih lengkap dan alamiah untuk beberapa
macam penalaran, kemampuan lisan, dan keteramplian – keterampilan fisik; 4)
adanya kesepakatan antara guru dan siswa tentang kriteria penilaian dan tugas‑tugas
yang akan dikerjakan; 5) menilai hasil pembelajaran dan keterampilan‑keterampilan
yang kompleks; 7.) memberi motivasi yang besar bagi siswa; serta 8) mendorong
aplikasi pembelajaran pada situasi kehidupan yang nyata. Selain memiliki
kekuatan, penilaian kinerja memiliki juga beberapa keterbatasan yaitu; 1),
sangat, menuntut waktu dan usaha; 2) pertimbangan (jadgement) dan penskoran sifatnya lebih
subyektif; 3) lebih membebani guru; dan 4) mempunyai reliabilitas yang
cenderung rendah. Meskipun penilaian kinerja memiliki keterbatasan, penilaian
kinerja tetap perlu dilaksanakan pada pembelajaran kimia untuk mengatasi
kelemahan dari tes dalam menilai siswa.
Perangkat penilaian kinerja sebaiknya dikembangkan melalui uji coba dalam
pembelajaran. Guru kimia dapat menguji dan mengembangkain task (tugas) dan
rubrik penilaian kinerja agar cocok dengan kondisi di kelasnya serta sesuai
dengan kemampuan siswa. Ujicoba dapat dilakukan sambil guru mengajar di kelas.
Hasil uji coba tersebut dapat dijadikan sebagai dasar perbaikan perangkat
penilaian kinerja agar menjadi lebih feasible (dapat
dikerjakan), lengkap dan aman dilakukan.
Beberapa pedoman untuk memeriksa kualitas perangkat penilaian kinerja dapat
dikemukakan sebagai berikut: 1) esensial dan valid (dihubungkan dengan standar
dan tujuan utama kurikulum); 2) otentik (problem dan proses mendekati atau
sesuai dunia nyata); 3) Integratif (menuntut integrasi pengetahuan, konsep,
sikap dan kebiasaan berpikir). 4.) pengukuran bersifat open ended (merangsang munculnya pertanyaan‑pertanyaan
sepanjang pengerjaan tugas); 5) problem menarik bagi siswa dan memerlukan
ketekunan; 6) mendorong siswa menjadi pemikir yang divergen dan
bijaksana; 7).feasible (aktivitas aman
bagi siswa dan dapat dikerjakan); 8) penilaian mengikuti keragaman gaya belajar
siswa; 9) penggunaan kelompok kerja dapat merangsang proses berpikir
individual; 10) akuntabilitas individual (meskipun digunakan kelompok kerja,
kinerja individual harus mudah diobservasi); 11) terdapat sejumlah definisi
(bila diperlukan) dan petunjuk yang jelas, 12) pengalaman siswa menjadi umpan
balik untuk siklus perbaikan; 13) siswa memiliki beberapa format pilihan cara untuk
mempresentasikan produk akhir, 14) kriteria kualitas jelas bagi siswa sejak
awal kegiatan; 15) panduan penskoran harus mudah digunakan.
Metode-metode yang dapat digunakan untuk penilaian kinerja antara lain: 1) observasi; 2) interview, 3)
portofolio; 4) penilaian essay; 5) ujian praktek (practical examinatian); 6)
paper; 7) penilaian proyek; 8), kuesioner, 9) daftar cek (checklist), 10) penilaian oleh teman (peer rating); I I) penilaian diskusi; dan 12)
penilaian jurnal kerja ilmiah siswa.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam penilaian
kinerja (performance
assessment), diantaranya: (1) Langkah-langkah kinerja yang
diharapkan dilakukan
siswa untuk menunjukan kinerja dari suatu kompetensi. (2) Kelengkapan dan
ketetapan aspek yang akan dinilai dalam kinerja tersebut. (3)
Kemampuankemampuan khusus yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas. (4)
Upayakan kemampuan yang akan dinilai tidak terlalu banyak sehingga semua yang
ingin dinilai dapat dinilai (5) Kemampuan yang akan dinilai diurutkan berdasarkan
urutan yang akan diamati (Mimin Haryati, 2007: 45-46).
Penilaian kinerja (performance assessment) dapat
dilakukan dengan menggunakan teknik pengamatan atau observasi terhadap berbagai
konteks untuk menentukan tingkat ketercapaian kemampuan tertentu dari suatu
kompetensi dasar. Guru dapat mengembangkan instrumen penilaian sesuai
kebutuhan. Format penilaian dapat
disusun secara sederhana ataupun secara lengkap.
Dalam pembelajaran kimia, aspek psikomotor banyak
dilakukan dalam bentuk kerja ilmiah di
laboratorium. Atas dasar hal ini penilaian aspek psikomotor banyak dilakukan
untuk kerja laboratorium. Pedoman observasi banyak dipakai untuk melakukan
penilaian kegiatan eksperimen di laboratorium kimia. Contoh suatu
pedoman observasi pelaksanaan eksperimen kimia (kompetensi psikomotor)
ditunjukkan pada tabel 1 (Sukardjo dan Rr. Lis Permana Sari, 2009:45).
Tabel 1. Contoh Pedoman Observasi dalam Eksperimen
Kimia
Judul Eksperimen : ………………………
Nama Peserta Didik : ………………….
|
|||||||
No
|
Aspek-aspek yang diamati
|
Skala nilai
|
Skor
|
||||
5
|
4
|
3
|
2
|
1
|
|||
1
|
Cara menyiapkan alat
|
|
V
|
|
|
|
4
|
2
|
Cara memasang alat
|
|
V
|
|
|
|
4
|
3
|
Cara menyiapkan bahan
|
V
|
|
|
|
|
5
|
4
|
Ketepatan memilih indikator
|
V
|
|
|
|
|
5
|
5
|
Cara melakukan titrasi
|
|
V
|
|
|
|
4
|
6
|
Ketepatan membaca titik awal titrasi
|
|
V
|
|
|
|
4
|
7
|
Ketepatan membaca titik akhir titrasi
|
|
V
|
|
|
|
4
|
8
|
Kebenaran perhitungan
|
V
|
|
|
|
|
5
|
|
Skor Total
|
35
|
Penilaian kinerja (performance assessment) dapat juga dilakukan menggunakan
check list (daftar cek). Ada bermacam-macam aspek yang dicantumkan dalam
daftar cek, kemudian guru tinggal memberi tanda cek (v) pada tiap-tiap aspek
tersebut sesuai dengan hasil pengamatannya. Kelemahannya adalah guru atau
penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, ya-tidak. Siswa mendapatkan skor
apabila kriteria penguasaan kompetensi tertentu dapat diamati oleh
pendidik/penilai. Akan tetapi jika tidak dapat diamati maka siswa tidak mendapat
skor. Contoh daftar cek tentang kinerja peserta didik dalam presentasi kelas
secara individual (kompetensi kognitif)
dapat dilihat pada tabel 2 (Sukardjo dan Rr. Lis Permana Sari, 2009:46).
Berilah
tanda (v) jika:
1)
permasalahan yang dibahas terumuskan dengan jelas
2)
ada relevansi uraian dengan permasalahan yang dibahas.
3)
uraian luas dan mendalam
4)
uraian jelas dan tidak salah konsep
5)
uraian disampaikan dengan lancar
6)
sanggahan/argumentasi logis dan kuat
7)
bahasa baik dan benar
Tabel 2. Contoh Daftar Cek Presentasi Kelas
No
|
Nama Peserta Didik
|
Aspek yang Dinilai
|
|||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
Σ
|
||
1
|
Abu
|
V
|
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
6
|
2
|
Amin
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
7
|
3
|
Achmad
|
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
6
|
4
|
Basuki
|
V
|
|
V
|
V
|
V
|
V
|
|
5
|
5
|
Candra
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
V
|
7
|
6
|
Dst…
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Skor
Total
|
4
|
3
|
5
|
5
|
5
|
5
|
4
|
31
|
Dalam daftar cek hanya dapat dicatat ada tidaknya variabel tingkah laku tertentu,
sedangkan dalam skala lajuan (rating scale) gejala-gejala yang akan diobservasi
disusun dalam tingkatan-tingkatan yang telah ditentukan. Skala lajuan tidak
hanya menilai secara mutlak ada atau tidaknya variabel tertentu, tetapi lebih jauh
dapat dinilai bagaimana intensitas gejalanya. Contoh skala lajuan tentang partisipasi
peserta didik dalam mata pelajaran kimia (kompetensi afektif) ditunjukkan
pada tabel 3 (Sukardjo dan Rr. Lis Permana Sari, 2009:47).
Tabel 3. Contoh Skala Lajuan Partisipasi Peserta Didik
dalam Mata Pelajaran Kimia
Nama Peserta didik :
|
|||||||
No
|
Pernyataan/Indikator
|
Sangat
tinggi
|
Tinggi
|
Sedang
|
Rendah
|
Sangat
rendah
|
Σ
|
1
|
Kehadiran di kelas
|
|
V
|
|
|
|
4
|
2
|
Aktivitas di kelas
|
|
V
|
|
|
|
4
|
3
|
Ketepatan waktu
|
V
|
|
|
|
|
5
|
4
|
Mengumpulkan tugas
|
V
|
|
|
|
|
5
|
5
|
Kerapihan buku bacaan
|
|
V
|
|
|
|
5
|
6
|
Partisipasi dalam praktikum
|
|
V
|
|
|
|
4
|
7
|
Kerapihan laporan praktikum
|
|
V
|
|
|
|
4
|
8
|
Partisipasi kegiatan kelompok
|
V
|
|
|
|
|
5
|
|
Skor total
|
15
|
20
|
|
|
|
35
|
DAFTAR PUSTAKA
Sari, Rr. Lis Permana. Pengembangan Instrumen Performance
Assessment Sebagai Bentuk Penilaian Berkarakter Kimia. Jurusan Pendidikan
Kimia FMIPA UNY
Berdasarkan apa yang telah kakak tulis dalam blog ini, yang ingin saya tanyakan. Adakah penilaian yg dapat dipandang efektif dn menghasilkan sesuatu sesuai dg tujuan yg telah dirumuskan dalam pembelajaran laboratorium
BalasHapus